Senin, 09 Juli 2018

KARAKTER ALLAH YANG PENUH KASIH

KHOTBAH MINGGU REMINISCERE 25 FEBRUARI 2018
EV : Yunus 4:1-11
TOPIK : KARAKTER ALLAH YANG PENUH KASIH

Saudara-saudara, pernah kita mendengar, kasih anak sepanjang gala sedangkan kasih ibu sepanjang masa. Demikian kiranya kita bandingkan dengan kasih manusia terhadap sesama dan kasih Allah terhadap manusia. Kasih manusia terhadap manusia sangat terbatas sedangkan kasih Allah terhadap manusia tidak terbatas. Ini terbukti dari kisah seorang nabi Yunus, yang mana tidak bisa dia menerima kebaikan Tuhan/pengampunan Tuhan/kasih sayang Tuhan kepada orang di Niniwe. Bangsa Niniwe yang telah melakukan kejahatan dimata Tuhan, sekalipun bangsa ini sudah bertobat setelah Yunus mengatakan kepada mereka bahwa 40 hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan. Namun Yunus masih tetap marah kepada Allah karena Allah memberi pengampunan kepada bangsaNya. Kemarahan Yunus terbukti pada ayat 3; ya Tuhan cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup. Kemarahan Yunus yang tidak bisa dikontrol/dimanagenya sehingga mengakibatkan fatal.
Betapa kita bisa melihat dalam teks ini, betapa Yunus begitu mengasihi pohon jarak yang merugikan dirinya sekalipun tidak ditanannya. Apalagi Tuhan Allah terhadap 120.000 orang di Niniwe itu (ayat 10-11). Nampaknya Yunus sangat egois terhadap keselamatan yang diberikan oleh Allah, dia tidak menyadari bahwa kasih Allah bersifat universal, dimana juga keselamatan yang diberikan Allah adalah untuk semua umat. Nampaknya, Yunus tidak mengenal anugerah Allah, dia hanya mengenal hukum sebab akibat. Bila seorang bersalah, dia patut kena hukuman/sangsi. Dia tidak menyadari bahwa pengampunan Allah jauh lebih baik ketimbang hukuman Allah diberikan untuk selamanya.
Dari teks ini kita belajar dari karakter Allah yang penuh kasih terhadap Manusia. Kita belajar dari kehidupan Yunus sebagai hamba Tuhan yang egoistis, bukan melayani umat Tuhan, yang menganggap diri paling benar, adalah yang tidak perlu ditiru oleh orang yang percaya pada Kristus. Yang kita tiru adalah karakter Allah yang penuh kasih terhadap semua orang berdosa. Ini terbukti dengan kedatanganNya di dalam diri Yesus Kristus. Dialah yang mengerjakan rencana Allah itu melalui pengorbananNya agar manusiahidup dan memperoleh keselamatan. Ketaatan Yesus Kristus untuk memenuhi panggilan Allah agar manusia selamat telah terbukti. Ketaatan itu tidak sia-sia melainkan memperoleh kemenangan bagi orang yang percaya kepada Dia.

Saudaraku, bagaimana kita merespon dalam konteks kehidupan kita? 
1.Bukankah kejahatan semakin merajalela, bukankah sudah banyak manusia telah jauh dari Tuhan? Siapakah yang terpanggil untuk membawa mereka kepada jalan yang benar? Yaitu Kristus yang maha pengampun. Selain hamba Tuhan, hendaklah kita semua bercermin apakah kita sudah layak terpanggil untuk menyampaikan kabar keselamatan dari Allah.

2. Apakah otoritas yang diberikan Tuhan kepada kita sudah kita lakukan sebaik baiknya untuk melayani umat yang berbeda-beda karakternya tanpa pandang bulu. Demikian kita juga terpanggil untuk memberi kesempatan bagi seseorang untuk bertobat, seperti istilah: give me one more chance. Sebagaimana Yesus mengatakan kepada perempuan yang berzinah (Yoh 8:11), Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang. Artinya Tuhan masih memberi kesempatan manusia untuk bertobat dan hidup. Lalu sudahkah kita menobatkannya orang?
3.Selaku hamba Tuhan dan jemaat hendaklah memegang dan menghidupi anugerah Tuhan yang tidak terbeli. Setiap orang hidup dalam anugerah Tuhan sehingga tidak satupun manusia berhak menghakimi sesamanya kerena semua menerima anugerah. 
Dihadapan anugerah Allah, tidak sepatutnya kita beranggapan bahwa diri kita lebih baik dari orang lain, lalu kita keluar dari Zona nyaman sehingga kita mau menginjili dengan satu pertanyaan: kapan orang banyak akan mendengar firman Tuhan dan diampuni?

4.Mengolah kemarahan, sangat penting mengolah kemarahan supaya menghasilkan kebaikan. Sebaliknya bila tidak dapat diolah kemarahan itu maka yang terjadi akan merusak tatanan kehidupan. Orang yang sudah hidup dalam Tuhan, kemarahan tidak berlarut-larut, namun segera dapat diatasi dengan baik, misalnya; Marah terhadap pekerjaan yang hasilnya jauh dari yang diharapkan
Marah terhadap situasi yang tidak nyaman.
Bukankah ini sering dialami, bahkan sering kita marah terhadap orang lain dengan menyalahkan mereka dari pada melihat diri sendiri. 
Padahal bisa jadi karena faktor;
1. Kita merasa malu diketahui kelemahan
2. Ingin sempurna yang kita lakukan
3. Kita tidak mampu menerima kelemahan orang lain.

Marilah kita tunjukkan karakter Allah itu yang penuh kasih kepada sesama manusia.
Tuhan memberkati.

Selamat hari Minggu
Selamat beribadah
Salam Marturia
Pdt.Dr.Anna Ch Vera Pangaribuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

CINTA UANG

Renungan Harian dari Almanak HKBP Rabu, 11 Juli 2018 Selamat pagi untuk kita semua, kiranya kasih karunia dari Yesus Kristus menyertai ...